TEORI AGENDA SETTING

11.31 Carolina Lidya's Room 0 Comments

Teori ini menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen, yakni kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah (Shaw & McCom dlm Nugroho, 2012): (1) masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan, mereka menyaring dan membentuk isu; 92) konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain. Salah satu aspek penting dalam konsep penentuan agenda adalh peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.


Fungsi Penyusunan Agenda

Lippmann adalah seorang jurnalis pertama yang merumuskan gagasan agenda setting. Lippmann (Littlejohn, 2012) mengambil pandangan bahwa masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan. Manusia tidak dilengkapi untuk berhadapan dengan begitu banyak detail, keragaman, permutasi dan kombinasi. Manusia bersama-sama bertindak dalam lingkungan, mereka harus menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana sebelum berhqadapan dengan hal tersebut.

Shaw dan McCombs (Littlejohn, 2011) menjelaskan fungsi agenda setting membentuk gambaran atau isu penting dalam pikiran masyarakat. Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya.
Ada dua tingkatan penyusunan agenda. Pertama, menentukan isu-isu umum yang dianggap penting. Kedua, menentukan bagian atau aspek isu tersebut yang dianggap penting. Dalam berbagai cara, tingkat kedua sama pentingnya dengan tingkat pertama, karena memberikan gambaran manusia cara membuat kerangka isu yang mendasari agenda masyarakat dan media (Littlejohn, 2011, h.416). Misalnya, media mungkin member tahu masyarakat bahwa rupiah melemah merupakan isu yang penting (tingkat pertama), namun media juga memberi tahu perkembangan pemulihan rupiah oleh pemerintah (tingkat kedua).

Pengerangkaan media bukanlah sesuatu yang sepele, melainkan sangat penting dalam menciptakan dunia yang manusia kenal dan ketahui. Penggambaran media mengerangkakan kejadian dalam cara-cara yang dapat membatasi bagaimana audiens menafsirkan kejadian tersebut.
Fungsi penyusuna agenda adalah sebuah proses yang dibagi menjadi tiga (Rogers & Dearing dlm Littlejohn, 2011), yakni (1) prioritas isu-isu yang akan dibahas dalam media (agenda media); (2) agenda media mempengaruhi dengan apa yang masyarakat pikirkan, menciptakan agenda masyarakat (public agenda); (3) agenda masyarakat mempengaruhi dengan apa yang pembuat kebijakan anggap penting, disebut agenda kebijakan (policy agenda).

Penelitian agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep seperti agenda media dan agenda public dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitkan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting di dalam masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif.  Namun dalam perkembangannya, agenda setting dapat digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif sebagai pelengkap awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan (Kriyantono, 2008, h.223).
Severin & Tankard (Kriyantono, 2008) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda, yakni:

1.     1.   Agenda Media, dimensinya meliputi:
a.       Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b.      Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c.       Valensi (valnce), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa

2.     2.   Agenda Publik, dimensinya meliputi:
a.       Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu
b.      Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi
c.       Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita

3.       3. Agenda Kebijakan
a.       Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
b.      Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c.       Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.


Daftar Pustaka:

Buku:
Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP

Littlejohn & Foss. (2012). Theories of Human Communication. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Non Buku:

Nugroho, Adi. (2012). Teori Agenda Setting Dalam Ilmu Komunikasi. INSANI, Vol. 1 No. 12

0 komentar: