1. Kebudayaan dan Praktik Signifikasi
Cultural Studies tidak
akan pernah lepas dari focus budaya. Hall (Barker, 2013:8) mengatakan bahwa
kebudayaan yang dimaksud adalah lingkungan actual untuk berbagai praktik,
representasi, bahasa, dan adat-istiadat masyarakat tertentu. Kebudayaan juga
merupakan bentuk akal sehat yang saling kontradiktif yang berakar dalam, dan
membantu membentuk, kehidupan orang banyak. Kebudayaan terkait dengan makna
social yang dimiliki bersama, yakni bagaimana memahami dunia.
Cultural studies bukan
media netral bagi pembentukan makna namun bagian utama dari makna dan
pengetahuan tersebut. Jadi, bahasa memberi makna pada objek material dan
praktik social. Proses produksi makna merupakan praktik signigikasi, dan
mengeskplorasi makna budaya secara simbolis dalam bahasa disebut suatu sistem
signifikasi.
2. Representasi
Representasi adalah
bagaimana dunia ini dikontruksi dan direpresentasikan secara social kepada dan
oleh manusia. Representasi dan makna kultural memiliki materialism tertentu,
mereka melekar pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan program
televisi. Mereka diproduksi, ditampilkan, digunakan, dan dipahami dalam konteks
social tertentu.
3. Materialisme
dan Nonreduksionisme
Cultural Studies sebagian
besar memberikan perhatian pada ekonomi modern dan budaya media pada system
kapitalis dimana perusahaan didorong oleh motif mencari keuntungan. CS
membentuk materialism kultural untuk mengeksplorasi bagaimana dan mengapa makna
dibentuk dan ditentukan pada momen produksi. Selain terpusat pada
praktik-praktik signifikasi, CS juga berusaha menghubungkannya dengan ekonomi
politik (suatu disiplin yang membahas kekuasaan dan distribusi sumber daya
ekonomi social). Konsekuensinya, CS banya membicarakan siapa yang memiliki dan
mengontrol produksi kultural, distribusi dan mekanismenya, dan akibat-akibat
dari pola-pola kepemilikan dan control tersebut bagi kontur kultural.
Prinsip utama CS adalah
karakter non-reduksionismenya. CS melawan reduksionisme ekonomis, yakni upaya
untuk menjelaskan makna teks kultural berdasarkan tempatnya di dalam proses
produksi. Proses ekonomi politik tidak menentukan makna teks ataupun
pemahamannya oleh audien. Justru, ekonomi politik, hubungan social, dan
kebudayaan harus dipahami dalam konteks logika spesifik dan cara
perkembangannya yang diartikulasikan bersama-sama secara spesifik berdasarkan
satu sama lain. Contohnya, masalah isu ras tidak dapat dijelaskan hanya dengan
konteks kelas, karena masing-masing sama berimplikasi satu sama lain hingga
mengeksplorasi masalah nasionalitas, seperti memahami alas an digenderkan
misalnya.
4. Artikulasi
Konsep artikulasi dibentuk
CS untuk membuat teori tentang hubungan antar berbagai komponen formasi sosial.
Artikulasi mengacu pada pembentukan kesatuan kotemporer antar sejumlah elemen
yang tidak harus saling beriringan. Jadi, reprsentasi gender bisa ditempatkan
bersama dengan representasi ras, sebagaimana yang terjadi pada nasionalitas
dengan cara yang khas dan serba tidak menentu yang tidak dapat diprediksi
sebelum fakta ditemukan. Artikulasi juga mendiskusikan hubungan kebudayaan
dengan ekonomi politik.
5. Kekuasaan
CS memandang konsep
kekuasaan terdapat pada setiap level hubungan sosial. Kekuasaan bukan hanya
perekat yang menyatukan kehidupan sosial/kekuatan koersif/menempatkan kelompok
orang dibawah orang lain. Karena kekuasaan merupakan proses yang membangun dan membuka
jalan bagi adanya segala bentuk tindakan, hubungan, atau tatanan sosial.
Kekuasaan meskipun menghambat, namun juga melapangkan jalan. CS memberi
perhatian khusus pada orang pinggiran, baik terkait kelas maupun ras.
6. Budaya Pop
CS menganggap budaya pop
sebagai landasan tempat dimana persetujuan dapat dimenangkan atau tidak. Cara
lain yang digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antara persetujuan dengan
kekuasaan adalah ideologi dan hegemoni, namun konsep tersebut sudah
tidak relevan lagi. Ideologi mengklaim dirinya adalah kebenaran universal namun
latar belakang sejarahnya ditutup-tutupi dan mengukuhkan kekuasaan. Contohnya,
televisi membantu manusia bagaimana menjelaskan dunia, namun mereka mengaburkan
pembagian kelas dalam formasi sosial dan karakter nasionalitas yang
dikontruksi. Representesasi gender dalam iklan, yang mengangkat perempuan
sebagai symbol seksualitas menggeser posisi perempuan dari formasi sosial dan
karakter nasioanlitas itu sendiri.
7. Teks dan
Pembacanya
Konteks teks tidak hanya
mengacu kata-kata tertulis, melainkan semua praktik yang mengacu pada makna (to
signify). Pembentukan makna melalui berbagai citra, bunyi, objek, dan
aktivitas. Karena mereka merupakan sistem tanda, yang mengacu suatu makna
dengan mekanisme bahasa, yang disebut dengan teks kultural.
Namun makna yang dibaca oleh kritikus biasanya
berbeda dengan audien aktif/pembaca. Bahkan makna yang dimaknai pembaca satu
dengan pembaca lainnya berbeda. Teks sebagai bentuk representasi bersifat
polemis. Yang penting, makna diproduksi dalam interaksi antara teks dan
pembacanya sehingga momen konsumsi juga merupakan momen produksi yang penuh
makna.
8. Subjektivitas
dan Identitas
Subjektivitas, menganggap
diri sendiri sebagai pribadi. Identitas, bagaimana mendiskripsikan diri kepada
orang lain. CS mengeksplorasi bagaimana menjadi sosok sebagaimananya manusia
sekarang, bagaimana mereka diproduksi subjek, dan bagaimana mereka mengidentifikasikan
diri mereka sendiri.
Antiesensialisme menyatakan bahwa identitas
bukanlah sesuatu yang eksis, tidak memiliki kualitas universal atau esensial.
Identitas merupakan konstruksi diskursif, cara bertutur yang terarah tentang
dunia ini. Dengan kata lain, identitas direpresentasikan oleh bahasa.
Sumber:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About
Follow Us
Popular Posts
-
Teori Kegunaan dan Gratifikasi merupakan lawan dari riset model Teori Peluru. Teori ini menjelaskan bahwa khalayak pada dasarnya menggunaka...
-
1.1. Definisi Human Resource Approach Human Resource Theory menganggap bahwa sumber daya manusia dinilai dan direkam untuk perkembangan ...
-
Berdiri Kokoh antara Dua Rezim Sebelum kita loncat ke sejarah pers Indonesia pada masa orde lama, tahukah kalian tokoh jurnalis yang men...
-
Perbedaan utama jurnalistik online dengan jurnalistik konvensional adalah kecepatan, kemudahan akses, bisa di update dan dihapus kapa...
-
Media online adalah media bebrasis telekomunikasi dan multimedia (computer dan internet). Kategori media online adalah portal, website, r...
-
Apasih teori organisasi itu? Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana banyak organisasi menjalankan fungsinya dan bagaimana mereka ...
-
Teori ini menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua eleme...
-
Secara umum penelitian agenda setting secara kuantitatif dapat digambar sebagai berikut (Kriyantono, 2008, h.224):
-
PRINSIP DASAR METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUANTITATIF Penelitian dipengaruhi oleh bagaimana peneliti memandang kenyataan. Terdapat t...
-
Teori ini termasuk dalam ranah pembahasan media. Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch merumuskan sebuah artikulasi yang sist...
Labels
Diberdayakan oleh Blogger.
Mengenai Saya

- Carolina Lidya's Room
- Welcome to my room. Anything I shared here is my opinions, hope you enjoy every words I wrote here. Have a good day lovely ^^
Total Tayangan Halaman
32277
Arsip Blog
-
▼
2015
(19)
-
▼
Maret
(19)
- MODEL PENELITIAN AGENDA SETTING
- TEORI AGENDA SETTING
- PENELITIAN ANALISIS KULTIVASI
- Analisis Kultivasi
- Penelitian Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses an...
- Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses and Gratifica...
- TEORI TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI
- Pers Indonesia Pada Masa Orde Lama
- Human Resource Approach (Pendekatan Sumber Daya Ma...
- VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN KUANTITATIF
- CIRI-CIRI PENELITIAN KUANTITATIF
- KONSEP KONSEP KUNCI DALAM CULTURAL STUDIES
- JENIS JENIS MEDIA ONLINE
- MEDIA ONLINE
- CITIZEN JORUNALISM
- JURNALISTIK MASA DEPAN
- PRINSIP JURNALISTIK ONLINE
- KARAKTERISTIK JURNALISTIK ONLINE
- JURNALISTIK ONLINE
-
▼
Maret
(19)
0 komentar: